Pernah denger "gonggong" ngga? Sepertinya ngga banyak orang yang tahu. Aq sendiri juga baru tahu pas liputan ke Batam.
Gonggong itu sejenis keong laut yang biasa dikonsumsi masyarakat setempat. Sepintas bentuknya seperti bekicot yang biasa kita lihat di lingkungan sekitar, tapi cangkangnya berwarna putih kecoklatan.
Cara mengolahnya pun sangat mudah. Cukup dicuci bersih, diberi garam dan perasan air jeruk nipis untuk menghilangkan bau amisnya. Setelah itu cukup direbus aja dalam air mendidih. Nah, sebagai pelengkapnya, gonggong rebus ini disajikan bersama sambal (kalo yang ii aq ga tau racikannya) yang rasanya manis asam itu.
Tekstur gonggong yang kenyal dan mengingatkanku sama bekicot, bikin aq ragu untuk mencobanya. Tapi penasaran banget, seenak apa sih?? dengan bantuan sebuah tusuk gigi untuk mencungkil "dagingnya", dan sedikit sambal pelengkapnya, aq cobain deh... Kres..kres..kenyal-kenyal gitu, seperti makan cumi-cumi, dengan sedikit aroma laut yang masih menempel di dagingnya. Not bad... ;) Cukup enak kok, hahaha....
Uniknya lagi, cangkang-cangkang sisa gonggong tadi juga diolah menjadi kerajinan tangan yangcantik dan unik. Cangkang-cangkang cantik ini mereka jual sebagai hiasan ataupun souvenir pernikahan. Jadi, "zero waste" ya... :)
Sunday, December 13, 2009
Thursday, December 10, 2009
The Girls' Way
Buat pecinta serial "Sex & The City", pasti kenal donk dengan tokoh-tokohnya, seperti Carrie Bradshaw, Miranda Hobbes, Samantha Jones, dan Charlotte York. Persahabatan unik antara empat cewek yang berbeda karakter dengan masing-masing permasalahan yang mereka hadapi.
Ada satu hal yang menarik perhatian. Namanya persahabatan cewek, tidak lepas dari namanya pertengkaran. Cuma anehnya, sehebat apa pun mereka bertengkar, "shopping" adalah solusi yang ampuh untuk berbaikan kembali.
What can I say, that's the girls' way, isn't it???
Ada satu hal yang menarik perhatian. Namanya persahabatan cewek, tidak lepas dari namanya pertengkaran. Cuma anehnya, sehebat apa pun mereka bertengkar, "shopping" adalah solusi yang ampuh untuk berbaikan kembali.
What can I say, that's the girls' way, isn't it???
Saturday, December 5, 2009
Makan Ikan Mentah, mmm...Boleh Juga
Apa siy menu utama Ternate, Maluku Utara? Nyaris semua orang akan bilang Papeda dan Gohu Ikan. So, jadilah aku dan beberapa crew meliput pembuatan kedua makanan khas ini di salah satu rumah penduduk setempat.
Apa sih Papeda itu? Papeda bisa dibilang bubur sagu. Sepintas tampak seperti bubur sumsum biasa, warnanya putih, dan teksturnya lengket seperti bubur (pastinya tanpa kuah gula jawa yaaa..). Papeda ini biasa dimakan bersama dengan gulai atau sup ikan. Rasa popeda sendiri tawar, tapi akan jadi terasa nikmat dengan diberi kuah gulai atau sup ikan.
Masyarakat setempat biasanya makan Papeda dengan tangan, bukan dengan bantuan sendok seperti makan bubur pada umumnya. Uniknya, Papeda ini harus dimakan saat baru matang, atau dalam keadaan panas. Kalau sudah dingin, tekstur Papeda akan menjadi liat, seperti lem kanji!!! iiihhh....
Nah, kalau Gohu Ikan, bisa dibilang ini adalah "Sashimi-nya Indonesia". Ikan segar (biasanya tuna atau tongkol) dibersihkan dari tulang dan durinya, kemudian dicincang kasar. Setelah itu, daging ikan dicuci bersih, kemudian disiram dengan air mendidih, kemudian ditiriskan. Barulah kemudian daging ikan itu diberi perasan air jeruk nipis, daun kemangi, dan bumbu-bumbu lainnya. Jadi deh.
Awalnya aq ngga mau nyobain, karena berpikir itu masih mentah. Pasti baunya amis. Tapi rasa penasaranku akhirnya menang. Setelah dicoba....enak!!! Racikan bumbu dan perasan air jeruk nipis menghilangkan bau amis ikan tersebut. I like it !!
Oia, buat pendampingnya, biasanya Gohu Ikan ini dimakan dengan roti tradisional (aq lupa namanya, maaf...). Roti itu berwarna putih, dan kerasnya minta ampun. Aq ngga tau deh, gimana caranya mereka makan tu roti, kuat-kuat banget ya gigi mereka, hehehehe....
Apa sih Papeda itu? Papeda bisa dibilang bubur sagu. Sepintas tampak seperti bubur sumsum biasa, warnanya putih, dan teksturnya lengket seperti bubur (pastinya tanpa kuah gula jawa yaaa..). Papeda ini biasa dimakan bersama dengan gulai atau sup ikan. Rasa popeda sendiri tawar, tapi akan jadi terasa nikmat dengan diberi kuah gulai atau sup ikan.
Masyarakat setempat biasanya makan Papeda dengan tangan, bukan dengan bantuan sendok seperti makan bubur pada umumnya. Uniknya, Papeda ini harus dimakan saat baru matang, atau dalam keadaan panas. Kalau sudah dingin, tekstur Papeda akan menjadi liat, seperti lem kanji!!! iiihhh....
Nah, kalau Gohu Ikan, bisa dibilang ini adalah "Sashimi-nya Indonesia". Ikan segar (biasanya tuna atau tongkol) dibersihkan dari tulang dan durinya, kemudian dicincang kasar. Setelah itu, daging ikan dicuci bersih, kemudian disiram dengan air mendidih, kemudian ditiriskan. Barulah kemudian daging ikan itu diberi perasan air jeruk nipis, daun kemangi, dan bumbu-bumbu lainnya. Jadi deh.
Awalnya aq ngga mau nyobain, karena berpikir itu masih mentah. Pasti baunya amis. Tapi rasa penasaranku akhirnya menang. Setelah dicoba....enak!!! Racikan bumbu dan perasan air jeruk nipis menghilangkan bau amis ikan tersebut. I like it !!
Oia, buat pendampingnya, biasanya Gohu Ikan ini dimakan dengan roti tradisional (aq lupa namanya, maaf...). Roti itu berwarna putih, dan kerasnya minta ampun. Aq ngga tau deh, gimana caranya mereka makan tu roti, kuat-kuat banget ya gigi mereka, hehehehe....
Pesannya musti 1 jam sebelumnya...
Nyaris semua penduduk di Ternate akan menyebut Restoran Floridas sebagai referensi kuliner di Ternate. Apa ya kelebihannya??
Restoran ini menawarkan masakan laut khas Ternate, serta pemandangan Pulau Maitara dan Pulau Tidore, seperti yang terdapat di salah satu sisi uang lembaran seribu rupiah. Selain itu, angin laut yang sejuk memang membuat kita jadi betah dan nyaman disana.
Makanannya enak, dengan harga yang sesuai. Tapi ada satu hal, kalau kita lapar banget bahkan sampai mag-nya kambuh, jangan kesini deh. Bukannya apa-apa, tapi makanan yang kita pesan baru diantar 1 jam kemudian. Yup, 1 jam!!! Bahkan mereka mencantumkannya di daftar menu dengan jelas.
Plusnya, makanan yang disajikan merupakan ikan atau hidangan kaut yang masih segar, tapi kalau lapar dan musti nunggu 1 jam...I don't think so, hehehe...
Restoran ini menawarkan masakan laut khas Ternate, serta pemandangan Pulau Maitara dan Pulau Tidore, seperti yang terdapat di salah satu sisi uang lembaran seribu rupiah. Selain itu, angin laut yang sejuk memang membuat kita jadi betah dan nyaman disana.
Makanannya enak, dengan harga yang sesuai. Tapi ada satu hal, kalau kita lapar banget bahkan sampai mag-nya kambuh, jangan kesini deh. Bukannya apa-apa, tapi makanan yang kita pesan baru diantar 1 jam kemudian. Yup, 1 jam!!! Bahkan mereka mencantumkannya di daftar menu dengan jelas.
Plusnya, makanan yang disajikan merupakan ikan atau hidangan kaut yang masih segar, tapi kalau lapar dan musti nunggu 1 jam...I don't think so, hehehe...
Ternate, Untouched Heaven
Ternate dan Tidore. Hal pertama yang terpikirkan olehQ, "jauh banget ya tempatnya...".
Direct flight yang aq tumpangi memakan waktu kurang lebih 4 jam. Pegel banget...dari duduk, tidur, rebahan (karena saat itu penumpangnya cuma setengah dari kapasitas yang ada), sampe duduk lagi. phiuh... Tapi begitu pesawat landing, rasa lelah itu langsung terbayrkan. Dari beberapa saat sebelum pesawat landing, aq sudah disuguhi dengan pemandangan pantai yang indah di pagi hari. Yep,,,bandara Sultan Babullah - Ternate terletak persis di dekat pantai. Dari bandara itu juga, kita bisa memandang pantai dan pulau lain di kejauhan. Keren kaaan....
Bisa dibilang, dalam 5 hari aq disana, aq bener-bener "kenyang" menikmati pemandangan pantai dan pegunungan yang indah disana. Ibaratnya dari berbagai titik di Ternate, aq bisa memandang pantai di sebelah kiri, dan pemandangan gunung di sebelah kanan. Keren banget !!!
Yep, tapi ternyata menurut penduduk lokal, masi banyak keindahan-keindaha lain yang belum aq temui disana. Hmm...masi ada Gura Ichi, a diving spot dengan pasir putihnya, dan pantai-pantai lainnya.
Someday...i'll be back there
Oia, satu lagi, hotel tempat aq menginap (aq lupa namanya...) punya kolam renang yang luas banget, bahkan mereka mengklaim kalo kolam renang itu terbesar di Indonesia Timur. Tapi emang sih, untuk ukuran hotel, kolam renangnya gede, jadi betah renang tiap hari, hehehe...
Kwetiaw Akuang
Masi dari kota Medan, kali ini soal kulinernya.
Dari dulu aq suka mendengar orang-orang menyebut soal kwetiaw Medan. Nah, kali ni aq berkesempatan untuk mencicipi kwetiaw, yang menurut penduduk sana, terenak di kota Medan.
Namanya "Kwetiaw Akuang". Ada gambar si pemilik warung dan pak Bondan Winarno, si mak nyoss..., di spanduk depannya. Hmm...aq jadi semakin tertarik untuk mencoba nih..
Aq pesan "Kwetiaw Goreng Spesial". Saat pesananQ datang, aq sempat ragu. Warnanya pucat dan ga menarik, ga seperti kwetiaw lain yang biasa aq temui yang berwarna kecoklatan. Tapi begitu mencoba, hmm...enyak enyak... Kenyalnya pas, ga terlalu keras ataupun lembek. Bumbunya terasa. Dan yang ga kalah penting, toppingnya (telur, seafood, dll) melimpah. Enak d !!
Dari dulu aq suka mendengar orang-orang menyebut soal kwetiaw Medan. Nah, kali ni aq berkesempatan untuk mencicipi kwetiaw, yang menurut penduduk sana, terenak di kota Medan.
Namanya "Kwetiaw Akuang". Ada gambar si pemilik warung dan pak Bondan Winarno, si mak nyoss..., di spanduk depannya. Hmm...aq jadi semakin tertarik untuk mencoba nih..
Aq pesan "Kwetiaw Goreng Spesial". Saat pesananQ datang, aq sempat ragu. Warnanya pucat dan ga menarik, ga seperti kwetiaw lain yang biasa aq temui yang berwarna kecoklatan. Tapi begitu mencoba, hmm...enyak enyak... Kenyalnya pas, ga terlalu keras ataupun lembek. Bumbunya terasa. Dan yang ga kalah penting, toppingnya (telur, seafood, dll) melimpah. Enak d !!
Museum Rahmat
Kalo denger kata museum, yang ada di benakQ adalah tempat yang membosankan. Tapi untuk yang satu ini, menarik buatQ.
Namanya Museum Rahmat, letaknya di kota Medan. Isinya berbagai spesies hewan hasil buruan yang telah diawetkan dengan air keras. Om Rahmat, si pemilik museum ini, emang hobi banget ma olahraga berburu.
Awalnya aq berpikir, jahat banget siy ngawetin hewan segitu banyaknya, hanya untuk jadi tontonan di dalam museum. Tapi ternyata, hewan-hewan yang ada disini merupakan pemberian dari teman atau kerabat om Rahmat. Yang lainnya adalah hewan-hewan yang diawetkan setelah mereka mati karena suatu penyakit. Jadi bukan dibunuh dan diawetkan dengan sengaja yaaa....
Di museum ini ada sekitar 1000 spesies dari berbagai penjuru dunia. Dari hewan dewasa, sampai yang masi baby. Dari gajah Africa yang gede banget, sampe nyamuk hutan yang ukurannya cuma setitik hitam, ada disini. (maap, yg ni ga ada fotonya)
Karena mereka berasal dari hewan asli, maka ukurannya pun sama persis seperti aslinya. Aq jadi tau kalo jerapah itu emang tinggi banget, n buaya sungai pasti bisa makan aq dalam sekali telan, coz ukuran badannya gede banget!! Hehe... So, kalo maen-maen ke Medan, mampir aja ke museum ini. Very interesting, ok ok...
Subscribe to:
Posts (Atom)