Wednesday, July 13, 2011
Jabang Tetuko, Bukan Sekedar Kisah Gatotkaca
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6690727253706876781#
Awalnya sempat malas waktu diajakin adekku untuk nonton pagelaran Jabang Tetuko, Sabtu lalu, 9 Juli 11 di The Hall, Senayan City. Pagelaran ini merupakan pagelaran yang diadakan kembali setelah sebelumnya diadakan pada bulan Mei lalu.
Pertunjukan ini disutradarai oleh Mirwan Sowarso, atau buat para pecinta infotainment lebih mengenalnya sebagai suaminya aktris Nova Eliza. Musik digarap oleh Deane Odgen, Action Choreographer oleh Benjamin Rowe, serta penampilan dari Ki Dalang Sambowo dan Wayang Orang Bharata. Beberapa nama yang juga terlibat dalam pagelaran ini diantaranya Happy Salma, Najwa Shihab, Restu Sinaga, dan Sita Nursanti
Cerita yang dimainkan tentu saja tentang legenda Gatotkaca, sejak ia lahir dengan nama Jabang Tetuko, yang kemudian dimasukkan ke Kawah Candradimuka, hingga menjadi sosok pahlawan bernama Gatotkaca. Konsep pagelaran ini sangatunik, karena menggabungkan antara seni tradisional wayang orang dan wayang kulit, yang dikombinasikan dengan teknologi seperti video yang ditampilkan di ketiga giant screens yang ada. Musiknya ok, karena live perform dari mini orchestra di sebelah panggung. Tata lampu, dan penggunaan property-nya juga patut diacungi jempol. Pergantian scene di atas panggung, wayang kulit, screen, lalu kembali ke atas panggung berjalan sangat lancar dan teratur, jadi penonton tetap dapat menikmati pertunjukan tanpa terganggu dengan pergantian properti dan sebagainya. Trus beberapa scene, seperti perang raksasa, dimana penari berpencar ke tengah-tengah penonton, membuat suasana lebih hidup. Satu lagi, skenario dialog juga patut diacungi jempol. Bahasanya ringan, bahkan terkadang gaul dan kocak, tanpa meninggalkan benang merah ceritanya.
Tapi ada beberapa kekurangan yang mungkin bisa menjadi catatan ya biar kedepannya lebih ok. Yang pertama mengenai kursi penonton. Kenapa ya ga ada nomor kursi, sementara di kursinya sendiri ada nomornya. Akibatnya, begitu pintu dibuka, penonton berebut kursi yang dianggap strategis. Dan banyak juga penonton yang diminta pindah karena tidak sesuai dengan jenis tiket yang dimiliki (standard / standard plus).
Dari segi pertunjukannya sendiri aq cuma mau mengomentari scene peperangan dan musiknya. Kalo scene peperangan, terutama scene perang raksasa melawan prajurit kahyangan, menurutku terlalu lama. Belakangan aq baru menyadari kalau scene itu mau menunjukkan seni beladiri wushu, tapi kok aq ga brasa ya, hehehe... Musik yang menghentak saat peperangan itu terjadi terlalu keras mengalahkan Voice Over (VO) narasinya. Nah, kalo musiknya sendiri, konsep mini orchestranya si udah ok banget, tapi menurutku kalau unsur etniknya lebih kental pasti lebih ok. Biar lebih berasa unsur Indonesianya gitu lohh....
Overall...standing applause for the show!!! They bring a legend in a modern way. Konsepnya brilian, jadi bisa dinikmati oleh semua umur. Dan yang paling penting, biar orang Indonesia juga kenal pahlawannya sendiri. Siapa bilang wayang orang itu selalu ketinggalan zaman?? Semoga kedepannya banyak ide-ide brilian yang muncul untuk kita makin cinta dengan Indonesia ya, amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment