Tuesday, May 17, 2011

Matah Ati, Seni Tradisional dalam Nuansa Modern


Kamis lalu, aq berkesempatan untuk menyaksikan malam perdana pertunjukan sendratari Matah Ati, di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Jujur aja, ga punya bayangan sama sekali mengenai cerita yang asing di telingaku itu. Sendratari yang pernah pernah aq saksikan, hanyalah Sendratari Ramayana, di kawasan Candi Prambanan, dan pertunjukan Barong di Bali.

Saat memasuki Teater Jakarta, satu hal yang kukagumi, teater baru ini sudah menggunakan konsep teater modern, dengan balkon-balkon VIP dan VVIP yang mengelilingi ruangan, serta panggung berhidrolik yang menunjang penampilan pertunjukan tersebut. Yep, it’s great.

Sendratari ini diproduseri oleh Atilah Soeryadjaya, yang juga merupakan salah satu kerabat dari keluarga Keraton Solo. Selanjutnya ada Jay Subiakto, sebagai Art Director, serta Eko, sebagai koreografer, atau yang mungkin lebih kita kenal sebagai Eko – si penari Indonesia yang pernah menjadi penari latar Madonna. Sedikit cerita, beberapa waktu lalu, kelompok tari ini telah pentas di Esplanade, Singapura, dan mendapatan sambutan yang luar biasa. Hmm...makin penasaran, seperti apa ya pertunjukannya nanti?

Lampu dipadamkan, dan pertunjukan pun dimulai. Seorang sinden membuka pertunjukan dengan mendendangkan lirik-lirik berbahasa Jawa. Tirai pun dibuka, dan mengalirlah cerita yang diangkat dari sejarah Jawa setelah masa Sultan Agung. Penari menyampaikan cerita dalam lenggak-lenggok Jawa kontemporer, diiringi oleh gamelan Jawa yang juga diberi sentuhan modern dengan adanya terompet di beberapa bagian.

Overall, pertunjukan ini merupakan karya anak bangsa yang patut dihargai. Gimana kalo ga ngerti bahasa Jawa, karena semua tutur kata dan lirik yang dinyanyikan penari berbahasa jawa? Saranku Cuma satu, buka semua indra, lihat, dengar, dan rasakan pertunjukan itu. Aq bukan seniman, dan tidak terlalu mengerti soal seni, but i can enjoy the show. Pertunjukan ini akan dipentaskan di Teater Jakarta tgl 13-16 Mei 2011. Jadi, kenapa ga coba menyaksikannya?

No comments: